Laskar Pelangi adalah judul Novel Karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi telah mengantarkan Andrea Hirata ke jajaran sastrawan nasional Indonesia. Dengan mengambil masa kecil Andrea Hirata berlatar Pulau Belitung (Andrea tidak mau menulis pakai huruf U, jadi selalu ditulis Belitong), Laskar Pelangi menceritakan kenakalan dan perjuangan sekelompok anak kecil untuk bisa meraih pendidikan yang layak.
Nama 'Laskar Pelangi' adalah sebutan yang diberikan kepada sepuluh muridnya yang dengan gigih menantang keadaan. Dengan segala keterbatasannya, Laskar Pelangi menjadi nama penyemangat bagi sepuluh anak kecil yang bersekolah. Dari sepuluh orang anak, bertambah satu anak perempuan bernama Flo, tetapi akhirnya berkurang Lintang yang harus berhenti sekolah karena harus menggantikan peran ayahnya sebagai kepala keluarga karena ayahnya hilang di laut ketika bekerja mencari ikan.
Laskar Pelangi sebagai Novel telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Salah satunya adalah bahasa Inggris. Laskar Pelangi juga menjadi bacaan wajib bagi siswa SD di Australia. Novel Laskar Pelangi telah diadopsi menjadi Lagu, Film, dan Drama Musikal. Belum lagi karya sastra lain yang terpengaruh oleh Laskar Pelangi. Juga banyak buku yang membahas di balik layar film Laskar Pelangi.
Laskar Pelangi juga telah membuat Andrea Hirata memiliki Museum Kata Andrea Hirata. Pulau Belitong juga disebut sebagai Negeri Laskar Pelangi. Keindahan alam yang tergambar melalui Novel dan Film Laskar Pelangi dimanfaatkan oleh pemerintah Belitong untuk mendongkrak bidang pariwisatanya.
Terlepas dari kesuksesan Laskar Pelangi di bidang ekonomi, di bidang sastra banyak yang kritikus dan eseis sastra yang menyebut bahwa Laskar Pelangi bukan sastra. Ada pula yang menyebut bahwa Laskar Pelangi adalah sastra populer. Andrea Hirata membela diri dengan menyebut bahwa Laskar Pelangi adalah 'sastra tinggi'.
Penyebutan 'sastra tinggi' oleh Andrea Hirata untuk menyebut karyanya mengakibatkan polemik pula. Andrea Hirata menyebut sastra tinggi dengan ukuran ekonomi. Sementara banyak eseis yang berpendapat bahwa kualitas tinggi rendahnya sastra tidak bisa dilihat dari tingkat penjualannya saja, tetapi dilihat dari isi dan tema karya sastranya.
Terlepas dari itu, banyak mahasiswa yang menjadikan Laskar Pelangi sebagai objek penelitian skripsinya. Juga ada dosen sastra yang menjadikan Laskar Pelangi sebagai salah satu contoh karya sastra. Salah satunya adalah Akhmad Taufik, Dosen FKIP Bahasa Indonesia Universitas Jember. Taufik menjadikan Laskar Pelangi sebagai salah satu contoh sastra Pos-Kolonial.
Selain itu, Laskar Pelangi telah menginspirasi banyak orang. Melalui Novelnya, melalui lagu tema filmnya, dan melalui kisah-kisahnya. Baik kisah dalam Novelnya maupun kisah proses kreatifnya.
Nama 'Laskar Pelangi' adalah sebutan yang diberikan kepada sepuluh muridnya yang dengan gigih menantang keadaan. Dengan segala keterbatasannya, Laskar Pelangi menjadi nama penyemangat bagi sepuluh anak kecil yang bersekolah. Dari sepuluh orang anak, bertambah satu anak perempuan bernama Flo, tetapi akhirnya berkurang Lintang yang harus berhenti sekolah karena harus menggantikan peran ayahnya sebagai kepala keluarga karena ayahnya hilang di laut ketika bekerja mencari ikan.
Novel 'Laskar Pelangi' adalah Contoh Karya Sastra Prosa yang Menginspirasi |
Laskar Pelangi sebagai Novel telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Salah satunya adalah bahasa Inggris. Laskar Pelangi juga menjadi bacaan wajib bagi siswa SD di Australia. Novel Laskar Pelangi telah diadopsi menjadi Lagu, Film, dan Drama Musikal. Belum lagi karya sastra lain yang terpengaruh oleh Laskar Pelangi. Juga banyak buku yang membahas di balik layar film Laskar Pelangi.
Laskar Pelangi juga telah membuat Andrea Hirata memiliki Museum Kata Andrea Hirata. Pulau Belitong juga disebut sebagai Negeri Laskar Pelangi. Keindahan alam yang tergambar melalui Novel dan Film Laskar Pelangi dimanfaatkan oleh pemerintah Belitong untuk mendongkrak bidang pariwisatanya.
Terlepas dari kesuksesan Laskar Pelangi di bidang ekonomi, di bidang sastra banyak yang kritikus dan eseis sastra yang menyebut bahwa Laskar Pelangi bukan sastra. Ada pula yang menyebut bahwa Laskar Pelangi adalah sastra populer. Andrea Hirata membela diri dengan menyebut bahwa Laskar Pelangi adalah 'sastra tinggi'.
Penyebutan 'sastra tinggi' oleh Andrea Hirata untuk menyebut karyanya mengakibatkan polemik pula. Andrea Hirata menyebut sastra tinggi dengan ukuran ekonomi. Sementara banyak eseis yang berpendapat bahwa kualitas tinggi rendahnya sastra tidak bisa dilihat dari tingkat penjualannya saja, tetapi dilihat dari isi dan tema karya sastranya.
Terlepas dari itu, banyak mahasiswa yang menjadikan Laskar Pelangi sebagai objek penelitian skripsinya. Juga ada dosen sastra yang menjadikan Laskar Pelangi sebagai salah satu contoh karya sastra. Salah satunya adalah Akhmad Taufik, Dosen FKIP Bahasa Indonesia Universitas Jember. Taufik menjadikan Laskar Pelangi sebagai salah satu contoh sastra Pos-Kolonial.
Selain itu, Laskar Pelangi telah menginspirasi banyak orang. Melalui Novelnya, melalui lagu tema filmnya, dan melalui kisah-kisahnya. Baik kisah dalam Novelnya maupun kisah proses kreatifnya.
Comments
Post a Comment