Skip to main content

Teori Struktural dalam Pengkajian Sastra | Sejarah dan Pengertian



Definisi Teori Sastra

Secara umu, dapat diartikan bahwa teori merupakan salah satu sistem yang bersifat ilmiah, atau pengetahuan yang bersifat sistematis yang dapat digunakan untuk menetapkan pola pengaturan, serta hubungan antara beberapa gejala yang sedang diamati.

Sebuah teori (termasuk di dalamnya teori sastra), berisi uraian atau konsep tentang hukum pernyataan umum tentang sebuah objek pengetahuan. Dalam bidang sastra, atau teori sastra maka pengetahuan tersebut berupa pengetahuan tentang sastra. Sebuah teori sastra dapat dikonfirmasikan keberannya, kesahihannya, atau keakuratan teori sastra tersebut ke dalam objek pengamtannya.
Teori Struktural Merupakan Salah Satu Teori untuk Memahami Karya Sastra


Misalnya, sebuah teori sastra untuk menganalisis sebuah karya sastra, maka teori sastra tersebut bisa diujikan jika diterapkan untuk menganalisis sebuah karya sastra secara langsung. Jika bisa dipahami, dan mampu, menganalisis secara mendalam, maka dapat dikatakan teori sastra tersebut akan teruji.

Terujinya teori sastra jika mampu diterapkan secara ajek (berkelanjutan, berkesinambungan) pada beberapa karya sastra yang berbeda.

Pakar pencetus dan rujukan teori sastra adalah Rene Wellek dan Austin Warren. Menurut mereka perlu ditarik adanya perbedaan antara sastra dengan teori sastra, serta, kritik sastra, dan sejarah sastra. Keempatnya merupakan cabang ilmu sastra.

Masih menuru Wellek dan Warren, teori sastra adalah studi prinspi, kriteria, dan kategori yang dapat diacu dan dijadikan titik tolak (dasar) dalam pengamatan sastra. Sementara itu, studi terhadap karya sastra disebut degnan sejarah sastra (berkaitan dengan periodesasi) dan kritik sastra. Ketiganya (teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra) berkaitan sangat erat.

Pendapat Welek dan Warren tentang teori sastra dan hubungannya dengan cabang ilmu yang lain adalah sebagai berikut:
Tidak mungkin menyusun suatu teori sastra tanpa kritik sastra dan teori sastra, juga tidak mungkin melakukan kritik sastra, tanpa teori sastra dan sejarah sastra (Wellek & Warren, 1993: 39).

Salah satu jenis teori sastra adalah teori sastra strukturalisme. Ada pula yang menyebut teori sastra struktural. Berikut penjelasan lengkap tentang teori sastra struktural atau teori sastra strukturalisme.



Pengertian Teori Struktural dalam Sastra

Dalam teori struktural, karya sastra tidak dijadikan sebagai objek kajian, yang dijadikan kajian dalam teori struktural ini adalah sistem sastra tersebut.

Sistem sastra adalah perangkat kesepakatan (konvensi) yang abstrak dan umum yang dapat mengatur hubungan antara berbagai unsur di dalam teks sastra. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain dalam keseluruhan satu kesatuan yang utuh.

Dalam teori struktural, sebuah karya sastra dianggap bersifat otonom, terlepas dari kondisi sosial dan keadaan sekitar karya sastra diciptakan. Sehingga dalam teori struktrual karya sastra dianggap tidak berkaitan dengan pengarang maupun realitas sosialnya.

Dalam teori struktural dipahami sebuah pendapat bahwa analisis dan pemahaman yang mendalam terhadap unsur dan relasi bagian yang membangun karya sastra akan menghasilkan pengetahuan tentang sistem sastra.  

Dalam teori Strukturalisme pengkajian makna sebuah karya sastra ditekankan pada  pada karya sastra itu sendiri. Teori strukturalisme menganggap bahwa makna yang murni dan jujur adalah makna yang sebenar-benarnya dari sebuah karya sastra. Makna karya sastra yang jujur seharusnya terkait dengan emosi pengarang karya sastra tersebut ketika menciptakannya. Juga tidak berkaitan dengan dengan pembaca dalam memahami keterkaitan ceritanya.

Dapat ditarik kesimpulan tentang teori strukturalisme. Teori sastra Strukturalisme adalah teori yang model analisisnya secara struktural.

Sejarah Munculnya Teori Struktural sebagai Teori Sastra


Pendekatan struktural sudah mulai berkembang sejak 340 tahun sebelum masehi. Menurut Teeuw (1984), Aristoteles telah meletakkan dasar yang sangat kuat untuk pandangan yang menganggap bahwa sebuah karya sastra sebagai struktur yang otonom.

Pendekatan struktural terhadap karya sastra sesungguhnya sama tuanya di dunia barat dengan puitik sebagai cabang ilmu pengetahuan. Dalam bukunya yang berjudul poetika, yang ditulis sekitar tahun 340 SM di Athena (Teeuw, 1984:120).

Pendekatan struktural berpijak pada dari pandangan kaum strukturalisme. Kaum strukturalisme mengangap bahwa  karya sastra merupakan struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan saling berhubungan antara yang  satu dengan yang lainnya. Sebuah karya sastra merupakan satu kesatuan yang utuh. Maka karya sastra tersebut dapat dipahami dan digali  maknanya jika dipahami setiap bagian atau setiap unsur pembangunnya. Juga harus dipahami pula antara relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya.

Selanjutnya muncul teori strukturalisme genetik. Struktural genetik lahir sebagai wujud ketidak-puasan terhadap teori struktural yang terlepas dari kondisi sosial Maka ini adalah wujud persetujuan sekaligus pengembangan teori strukturalisme yang melihat karya sastra sebagai sesuatu yang otonom juga berkaitan dengan kondisi sosial.

Teori sastra strukturalisme mengacu pada praktik kritik sastra modern yang menjadikan teori linguistik modern sebagai dasar dan model analisnya. Maka dari itu teori sastra strukturalisme menentang dua teori lain. Teori sastra strukturalisme menentang teori sastra mimetik, dan teori sastra ekspresif.

Dalam teori strukturalisme, analisis struktural pada teks sastra harus memiliki tuuan untuk membongkar dan mengungkapkan keterkaitan antara unsur-unsur yang ada di dalam sastra. Kegiatan ini menghasilkan makna.

Analisis secara struktural ini merupakan hal yang harus dilakukan untuk dapat memahami karya sastra berupa prosa, baik berupa cerpen, novel, maupun roman. Teori strukturalisme bisa diterapkan dengan cara memahami struktur fisik (unsur intrinsik) dan struktur bain (ekstrinsik) yang terdapat di dalam karya sastra.

Tokoh-tokoh yang menjadi pembentuk teori sastra strukturalisme adalah sebagai berikut:



Aristoteles

Dengan konsemp order, unity, complexity, dan coherence, Aristoteles menjadi tokoh pertama yang menyusun teori strukturalisme.

Ferdinand de Saussure

Saussure adalah peletak dasar ilmu linguistik yang menganggap bahwa bahas bersifat otonom. Tidak terpengaruh oleh berbagai hal di luar bahasa. Maka, karena ilmu bahasa sangat dekat hubungannya dengan sastra, maka teori ini dapat ditarik ke dalam teori sastra.

Karena bersifat otonom, maka pemahaman terhadap karya sastra cukup dilakukan dengan cara memahami unsur pembangun karya sastra.

Kaum Formalis,


Yang disbut dengan kaum formalis antara lain adalah:
 Jakobson
Erchenbaum
Shklovsky
Tynjanov

Sekian penejelasan tentang teori strukturalisme dalam sastra. Semoga bermanfaat!

Comments

Popular posts from this blog

A Bastari Asnin | Biografi Singkat dan Karyanya

A. Bastari Asnin (1939—1984)   A. Bastari Asnin adalah sastrawan dengan nama lengkap Ahmad Bastari Asnin. Dia lahir di Blambangan, Muaradua, Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan pada tanggal   29 Agustus 1939. A Bastari Asnin meninggal dunia di Jakarta, 21 November 1984. Bastari Asnin sempat kuliah di Fakultas Sosial dan Politik UGM (Universitas Gadjah Mada), Yogyakarta. Dia mendapat gelar Sarjana Muda. Bastari mulai merintis karier sebagai penulis saat tinggal di Yogyakarta. Sebelum masuk ke UGM. Bastari Asnin lulus SD di Palembang pada tahun 1951. Kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah selama empat tahun. Kemudin melanjutkan sekolah di SMA dan lulus pada 1959. Setelah keluar dari UGM, ia bekerja sebagai wartawan di Harian Kami selama dua thaun (1967—1969). Sejak tahun 1970 sampai wafatnya Bastari Asnin bekerja pada majalah berita Tempo. Jabatan terakhir yang ditempatinya adlah redaktur pelaksana. Kisah hidup ketika tingal di Blambangan dan Palembang tidak d

A.M.Dg. Myala | Biografi Singkat dan Daftar Karyanya

A.M.Dg. Myala | Biografi Singkat dan Daftar Karyanya A.M.Dg. Myala nama lengkapnya adalah Abdul Muin Daeng Myala. Dia adalah sastrawan Indonesia asal Makassar yang lahir pada tanggal 2 Januari 1909. AM Dg Myala dikenal sebagai penyair. Selain nama aslinya penyair ini mempunyai nama lain A. M. Thahir. A M Dg. Myala tergolong sebagai penyair Angkatan Pujangga Baru. Sebagai kelompok sastrawan Pujangga Baru, Pendidikannya hanyalah sekolah kelas II. Namun, berkat usaha gigihnya (dengan belajar secara autodidak), akhirnya pada tahun 1928 ia dipercaya menjadi guru di HIS Muhammadiyah. Tidak hanya mejadi guru, Myala juga bekerja membantu majalah Poedjangga Baroe.

Sejarah Sastra Indonesia Modern Mutakhir | Pengertian dan Periodisasinya

Masalah sejarah sastra adalah masalah berkaitan dengan periodisasi sastra. Sejarah sastra berkaitan erat dengan kondisi kreatif dan karya kreatif karya sastra pada zamnnya. Sejarah sastra Indonesia modern menandai adanya pembatas antara sastra tradisional atau sastra lama. Seperti yang telah disebutkan di  artikel sebelumnya tentang sastra lama (berkaitan dengan puisi lama), sejarah sastra Indonesia modern ditandai dengan adanya penerbit Balai Pustaka. Balai Pustaka sebagai penerbit yang menerbitkan karya-karya sastra pada tahun 1920 menandai tahun penting lahirnya sastra Indonesia.