Kematian Chairil Anwar dan Alasannya Mengeklaim Puisi Orang Lain Sebagai Karyanya
Salah satu julukan yang diberikan kepada Chairil Anwar
adalah sebagai Komprador, atau pencuri karya orang lain. Meskipun HB Jassin pun
mengakui bahwa dua karya Chairil adalah karya terjemahan yang tidak disebutkan
olehnya sebagai terjemahan, di tetap membela. Bukan menyebut Krawang-Bekasi dan
Fragmen sebagai curian, melainkan sebagai terjemahan.
Berikut ini pembelaan lengkap HB Jassin yang ditulis dalam
bukunya “Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45”
Timbul pertanyaan apakah sebabnya Chairil sampai
melakukan plagiat? Apakah plagiat hobinya? Ataukah ia menganggap orang
Indonesia cukup bodoh untuk tidak akan menemukan plagiatnya? Plagiatnya yang
menggemparkan ialah “Datang Dara Hilang
Dara” (Judul Puisi. Admin blog), yaitu terjemahan dari sajak Hsu Chih-Mo
(penyair luar negeri. Admin blog), beberapa bulan sebelum ia meninggal. Ini
bias diterangkan disebabkan karena penyakitnya yang banyak makan ongkos untuk
pembayaran dokter. Kira-kira waktu inilah pula ia mengumumkan (maksudnya
menerbitkan/ mengirimkan karya pada Majalah. –Admin blog) sajak-sajak “Fragmen”
dan “Krawang-Bekasi”. (Mungkin) Saudara bertanya: mengapa dia tidak menyerahkan
sajak-sajak itu sebagai terjemahan kepada redaksi majalah? (Jawabnya) – Tidak
akan diterima, saudara. Majalah-majalah kebanjiran oleh sajak-sajak yang asli
dan terjemahan jarang diterima, atau kalau diterima lama sekali baru dimuat dan
honorariumnya pun kurang dari honorariaum sajak asli. Dan penyair (maksudnya
adalah Chairil Anwar. –admin blog) begitu memerlukan uang dan segera untuk
pengobatan penyakitnya. Sangat prosais (mendramatisasi) alasan ini saudara,
tapi begitulah.
Tentang kematian chairil dapat dikatakan bahwa ia
dirawata di CBZ (RSTM) dari 22 sampai 28 April 1949. Menurut catatan rumah saki
karena tifus. Tapi sebenarya dia sudah lama menderita penyakit paru-paru dan
infeksi dan rupanya oleh karena badannya bertambah lemah maka timbul pula
penakit usus yang membawa kematiannya, yaitu ususnya pecah. Chairil meninggal
dengan tidak lupa kepada Tuhan. Meskiun dia dalam masa akhirnya mengigau oleh
karena tinggi panas badannya, pada saat-saat dia insaf (ingat. –admin blog)
akan dirinya dia selalu mengucapkan Tuhanku, Tuhanku....
Dia (Chairil Anwar . –admin blog) mennggal setengah 3
sore tanggal 28 April 1949 dan dikuburkan keesokan harinya, diangkut dari kamar
mayat RSTM ke Karet (nama wilayah –admin blog) oleh banyak pemuda dan
orang-orang republik terkemuka (maksudnya tokoh-tokoh nasional. –Admin blog).
Kutian yang ditulis miring di atas merupakan kutipan penuh
dari buku HB Jassin. Adapun yang di dalam kurung merupakan hasil tambahan dari
admin blog untuk mempermudah pemahaman pembaca. Mengingat teks tersebut disusun
dengan susunan yang kadang membingungkan untuk dipahami anak-anak yang sudah
belajar engan ejaan yang disempurnakan.
Jadi bedasarkan alasan yang disampaikan oleh HB Jassin,
Chairil terpaksa mengirim puisi terjemahan karya orang lain sebagai karyanya
sendiri. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan uang untuk biaya berobat.
Comments
Post a Comment